MATERI BAB 1 SUB 2 (Contoh Geguritan Bahasa Jawa, Ciri, dan Jenisnya - Kelas XI)

 

Tujuan saka materi iki, supaya siswa/siswi isa mangerteni ciri lan jenise geguritan lan mangerteni makna sing isa dipetik kanggo pasinaunan.

Ciri Geguritan Bahasa Jawa

Ada ciri khas tersendiri yang harus Anda pahami ketika akan membuat sebuah geguritan. Adapun ciri yang dimaksud, antara lain :

  • Mempunyai aturan atau pakem tertentu, seperti guru lagu, guru wilangan, dan juga guru gatra.
  • Adapun kalimat yang digunakan, harus mempunyai makna atau arti. Selain itu tata bahasa yang digunakan dan dipilih haruslah indah, dan tentu saja sopan.
  • Khusus untuk geguritan atau juga puisi dalam bahasa Jawa, umumnya, nama pengarang akan diletakkan di depan atau di atas teks geguritan itu sendiri.

Jenis geguritan berdasarkan isi puisi

Ada beberapa jenis geguritan yang ada saat ini, antara lain :

  • Geguritan Ode, adalah tentang komentar atas orang lain, atau hal lainnya yang dianggap tinggi.
  • Geguritan hymne, adalah geguritan yang isinya memuji akan Tuhan.
  • Geguritan elegi, adalah puisi yang membahas tentang penyembuhan.
  • Geguritan epigram, adalah puisi yang membahas tentang ajaran moral, dan nilai nilai kehidupan.
  • Geguritan satire, adalah puisi yang  membahas tentang ekspresi penghinaan atau juga ejekan dalam nada yang kasar dan tajam.
  • Geguritan romansa, adalah puisi tentang romantisme atau cinta.
  • Geguritan balada, adalah puisi yang menceritakan tentang sebuah cerita, atau imajinasi seorang penulis.

Geguritan Bahasa Jawa berdasarkan waktu

Seperti diketahui bersama , geguritan atau puisi ini suha ada sejak zaman dahulu. Namun  seiring perkembangan zaman yang ada, puisi yang beredar di masyarakat juga sudah mulai mengalami perkembangan. Ini juga yang nantinya mempengaruhi jenis geguritan yang beredar di masyarakat, antara lain :

  • Geguritan lawas. Seperti namanya, geguritan lama, dimana ada pakem atau aturan yang mengikat,ketika menyusun puisi yang dimasud. Mulai dari ungkapan yang digunakan, jumlah gatra atau susunan tiap bait yang hanya terdiri atas 4 baris atau 4 set, adanya susunan bait akhir yang sama atau hampir sama, yaitu A, I, U, E atau O.

  • Geguritan anyar. Seperti namanya, puisi atau geguritan ini, bersifat bebas, dengan kata lain tidak terikat, akan guru gatra, guru lagu dan yang lainnya. Selain itu, geguritan ini, juga biasanya sudah menggunakan bahasa Jawa yang umum digunakan saat ini.

Contoh Geguritan Bahasa Jawa

Berikut ini adalah beberapa contoh geguritan bahasa Jawa, dalam beberapa tema, antara lain :

  • Contoh geguritan Ode, dan termasuk kedalam geguritan anyar. Dengan judul “Ibu”  Dalam puisi ini menceritakan tentang ungkapan terima kasih seorang anak yang telah dibesarkan oleh ibunya.

Ibu….

Sampeyan sing nglariake aku,

Sakwise sangang wulan ing wetengmu.

Ibu….

Sampean wungu kula,

Jaga kula nganti saiki.

Ibu….

Sampeyan sing mulang aku mlaku,

Sampeyan yo jek, mulang kula kanggo ngomong.

Ibu…

Yen ora sampeyan, aku ora bakal ana ing kene..

Yen ora pandonga tekan Ibu, aku ra bakal sukses.

Matur suwun Ibu…

Kanggo katresan Ibu sak iki wektu.


  • Contoh geguritan epigram, dan juga termasuk ke dalam geguritan anyar

“Desaku Sing Ayu, Wes Ilang”

Desaku sing awale ayu, saiki wes ilang

Alamku sing awale ijo, saiki dadi ceritera urip

Sing awale dadi desa, saiki wis dadi kutha.

Ing endi, aku kudu ngoleki indahe alam sing sakjane ana

Saiki sing ana, rasa kuatir lan panas,

Amarga desaku yen pancen apik, saiki wes nga ana.

Rasane adem tenan, nyawang alas sing ijo tenan,

Akeh banget kewan, ing jerone alas.

Nanging saiki, yen sakjani wong, wis ora nduwe  aturan,

Ngaweane ngrusak alam donya.

Wit-witan seng ana mau disigar, lan meh ilang.

Alas sakjane amba banget,

Saiki wes ilang, kanggo kabutuhane, sakelompok wong sing ora ana etis.



 *disadur saka https://www.infokekinian.com/contoh-geguritan-bahasa-jawa/

Komentar

Postingan Populer